Selamat Datang di Blog Meliana

INFO PEMANGGILAN PLPG ANGKATAN 1 LPTK RAYON 5


Bagi guru-guru yang belum sertifikasi seperti saya pasti menunggu kapan ya dipanggil untuk PLPG, saya begi infonya yang barusan tadi saya cari tau apakah nama saya termasuk pada pelaksanaan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bagi guru dalam jabatan Kemendiknas Prov. Riau dan Kepri kuota tahun 2011 untuk Tahap 1 akan diselenggaran :
Kegiatan : PLPG Angkatan 1 (satu)
Jadwal Kegiatan : Tanggal 3 Juli - 12 Juli 2011
Tempat Pelaksanaan : Terlampir
Check In : Minggu, Pukul 13.00 - 18.00 WIB Di Lokasi Penempatan PLPG
Peserta : PDF  EXCEL 
Keterangan : Akomodasi dan konsumsi peserta ditanggung oleh panitia

Peserta diharapkan membawa :
a. Surat Tugas dari Atasan/Kepala Sekolah
b. Fotocopy ijazah terakhir (tidak harus di legalisir)
c. Perangkat pembelajaran (RPP, Media, LKS, buku-buku bacaan/rujukan sesuai dengan mata pelajaran yang yang dibina, diharapkan membawa laptop jika dimiliki dll)
d. Diharapkan membawa Laptop (notebook)

Khusus peserta PLPG bidang studi BK (Konselor) :
Membawa Laporan Pelaksanaan Program Pelayanan BK di sekolah masing-masing, meliputi : Agenda Kerja, Daftar Konseli (siswa), Data Kebutuhan dan Permasalahan Konseli, Laporan Bulanan dan semester, Aktifitas Pelayanan B & K, dan Laporan Hasil Evaluasi Program BK serta tindak lanjutnya.

Informasi Kegiatan
Sekretariat LPTK Rayon 5 Universitas Riau, telp. 0761 63750
Kontak Person : Drs. Fadly Azhar, Dipl., M.Ed. 08127581850 dan Hermandra, MA. 085278551977

email : rayon_5@yahoo.com dan website : http://rayon5.unri.ac.id/

Informasi Lokasi PLPG
GEDUNG GURU RIAU (GGR), Jl. Lobak Arengka Pekanbaru, telp. 0761 64375
BALAI PELATIHAN KESEHATAN (BAPELKES) Kota Pekanbaru, Jl. Soebrantas, telp. 0761 34176
BALAT DIKLAT KEHUTANAN (BDK) Kota Pekanbaru, Jl. Soebrantas Km. 8,5 telp. 0761 61325, 0761 61992
HOTEL INDRAYANI, Jl. Sam Ratulangi No. 2 Pekanbaru, telp. 0761 35600, 0761 38329, 0761 32078, 0761 32080, 0761 33461
HOTEL ASEAN, Jl. Jend. Sudirman No. 722 Pekanbaru, telp. 0761 23677, 0761 24811
HOTEL NUANSA, Jl. Tanjung Datuk No. 87 Pekanbaru, telp. 0761 26363, 0761 24474
HOTEL RADJA, Jl. Hasanuddin No. 16, telp. 0761 34176

Sumber : http://rayon5.unri.ac.id/

Kisah Hapalan Pak Didi


Kisah ini ditulis oleh seorang teman, yang mana kisahnya bermula dari sini "Tempat di ujung kiri shaf pertama hampir tak pernah ditempati oleh jama'ah lain (selalu lebih dulu di tempati oleh pak Didi), seakan tempat itu sudah ‘di-booking’ secara ekslusif oleh pak Didi.

Pak Didi, lelaki berusia lebih dari 60 tahun yang nikmat penglihatannya kini sudah diambil kembali oleh Sang Pemilik Sejati ini, memang selalu menempati tempat tersebut. Wajar jika pak Didi mendapatkan shaf pertama karena beliau selalu (sering) menjadi orang pertama yang hadir di mushala. Terlebih jika shalat subuh, beliaulah yang selalu melantunkan shalawat, membangunkan jama'ah lain yang masih terlelap dalam tidurnya. Dan ujung kiri adalah tempat yang paling mudah dijangkau olehnya yang selalu datang dari pintu sebelah kiri, berjalan meraba tembok dan berhenti ketika jangkauan tangannya menyentuh dinding bagian depan.

Pak Didi, pria santun yang beberapa waktu lalu pernah aku tulis kisahnya lantaran rumus  90 Langkah Menuju Mushola-nya. Pak Didi yang tetap istiqamah shalat berjama'ah di mushala, meskipun untuk sampai di sana beliau harus meraba dan menghitung langkah kakinya karena kedua mata fisiknya tak mampu lagi membedakan gelap dan terang. Bukan, bukan karena tak ada keluarga yang mengantarkan, tapi karena pak Didi lebih senang berangkat ke mushala sendiri (khususnya untuk shalat Subuh, sedang untuk shalat-shalat lainnya pak Didi sering diantar oleh istri atau cucunya). Pak Didi yang telah membukakan kesadaranku, memberiku semangat untuk terus shalat berjama'ah di mushala. Dan jika kini aku mencoba kembali menulis tentangnya, semua karena ‘hobi’ barunya.

Seminggu terakhir, pak Didi sedang rajin menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Kalau surah Yaasiin sudah lama beliau hafal. Yang sekarang sedang menarik minatnya untuk dihafalkan adalah surat An-Nisaa’ ayat 59–60. Pernah aku bertanya ada apa dengan ayat ini, sehingga beliau tergerak untuk menghafalkannya, apakah ayat-ayat sebelumnya sudah hafal semua ataukah ada pengalaman khusus dengan ayat ini? Dengan tersenyum ramah (salah satu ciri khasnya), beliau katakan bahwa sebenarnya ayat-ayat lainnya belum hafal, tapi beliau tertarik untuk menghafal ayat tersebut lantaran beliau pernah mengikuti sebuah pengajian yang kebetulan membahas ayat tersebut.

Bagaimana pak Didi belajar menghafal, sedangkan membaca pun beliau tak bisa? Adalah Haji Sidik atau terkadang pak Minong yang sering mendampingi pak Didi menghafal, sambil menunggu datangnya waktu Isya. Dan meski sudah tergolong ‘sepuh’, daya ingat pak Didi ternyata masih cukup kuat. Itu kuketahui ketika kemarin malam aku dimintanya untuk mendampingi beliau menghafal surat An-Nisa ayat ke-59 dan 60. Kebetulan malam itu hanya ada aku dan pak Didi, jama'ah lainnya yang biasa mengaji sudah pada pulang, barangkali ada satu keperluan sehingga mereka baru datang kembali beberapa saat sebelum adzan Isya berkumandang. Dua ayat yang cukup panjang ini mampu dihafal pak Didi dengan baik. Aku menyimak hafalan pak Didi sambil membuka Al-Qur'an. Hampir semuanya betul, hanya ada beberapa yang tajwidnya kurang pas (menurutku).

Selanjutnya pak Didi meminta agar aku membacakan ayat selanjutnya. Dan subhanallah, hanya beberapa kali kubacakan, pak Didi langsung bisa menghafalnya. Bahkan, secara tak sengaja aku pun jadi ikut menghafalkan, meskipun baru satu ayat. Alhamdulillah.

Satu hal yang kudapat dari belajar menghafal bersama pak Didi malam itu. Semangat pak Didi yang menggebu, dan ini membuatku merasa malu. Aku teringat masa kecil di kampung dulu, almarhum Romelan mengajari kami menghafal juz Ama. Hampir semua surat-surat di juz ke-30 berhasil kami hafalkan meskipun baru sebatas hafalan tanpa mengerti arti dan kandungannya. Tapi kini, astaghfirullah! Tinggal beberapa surat yang masih kuingat, itupun terbatas pada surat-surat yang biasa kubaca di setiap shalat.

Pernah beberapa waktu yang lalu, aku mencoba menghafalkan kembali surat-surat pendek ditambah dengan artinya. Namun sayang, hafalanku terhenti di surat Al-‘Ashr. ‘Kesibukan’ duniawiku menjadi alasannya. Astaghfirullah, ampuni aku ya Allah.

Dan malam itu, ketika pak Didi meminta (tepatnya mengajakku) menghafal bersama, muncul sebuah keinginan untuk kembali membenahi hafalanku yang dulu. Bukan hanya hafal bacaannya, tapi juga artinya. Dengan mengerti artinya, mudah-mudahan ke depannya bisa memahami kandungannya, insya Allah. Terima kasih pak Didi, kembali untuk kedua kalinya engkau telah membukakan kesadaran sekaligus memberikan semangat padaku. Semoga Allah menetapkan hidayah itu padamu, juga kepadaku. Amin.

***

Kudedikasikan tulisan ini untuk pak Didi, semoga engkau adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah dalam sabdanya berikut ini.

Dari Anas RA, katanya : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa jalla berfirman : Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya -yakni menjadi buta-, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga karena kehilangan keduanya, yakni kedua matanya itu." (Riwayat Bukhari).

* Tulisan ini sebelumnya pernah saya publikasikan di  eramuslim  dan kotasantri

Makna Pantun



Pantun merupakan hasil Sastera Melayu yang tertua. Pantun Melayu ialah pengucapan kemelayuan dan berbentuk non-naratif. Karya-karya pantun yang dicipta mempamerkan nilai-nilai jati diri dan corak pemikiran masyarakat lama. Dalam pantun turut terkandung pelbagai unsur keindahan antaranya ialah pantun mempunyai dua bahagian utama iaitu pembayang dan maksud. Rima akhirnya pula ialah a , b , a , b atau a , a , a , a dan dari segi suku katanya pula ialah antara lapan hingga 12 suku kata. Gaya bahasa yang digunakan juga adalah gramatis atau indah-indah belaka dan mereka menggunakan unsur alam dalam mencipta pantun seperti pokok, daun, bunga dan sebagainya. Selain itu, pantun juga mempunyai daya ciptaan masyarakat melayu lama yang tinggi nilainya, bernilai seni dan asli. Pantun ini digunakan oleh masyarakat zaman dahulu bagi menyatakan hasrat mereka. Masyarakat zaman dahulu mahir dalam mencipta pantun dan turut dilakukan secara spontan.
Berdasarkan  keseluruhan  pantun kasih sayang di atas ,  ajaran  yang  cuba  disampaikan oleh pengkarya  ialah mengenai  kasih sayang.  Kasih sayang  merupakan  satu  perasaan cinta,  kasih dan  sayang  kepada seseorang.  Dalam  kasih sayang  boleh dibahagikan  kepada  tiga  cabang  iaitu cinta  antara  manusia dengan  manusia,  manusia  dengan  Tuhan  dan manusia  dengan alam.  Perasaan sayang selalunya akan  disampaikan  melalui  pantun  oleh  masyarakat  lama  dalam menyampaikan  hasrat  mereka,  hal  ini  telah  memperlihatkan  bahwa  masyarakat  lama  sangat  mementingkan  sopan  santun terutamanya  dalam  berkasih  sayang.  Perasaan  kasih sayang  merupakan  hukum alam  yang  tidak  dapat dihalang  oleh manusia daripada  terus belaku  kerana  ianya  sudah ditakdirkan oleh Ilahi.
Ajaran  yang  ingin disampaikan  dalam  rangkap  yang  pertama  ialah  tentang  kejujuran dan  kesabaran dalam berhubungan.  Rangkap  ini  menjelaskan  mengenai  kejujuran  seorang  jejaka  yang  terlalu  mencintai  kekasihnya.  Si jejaka juga  mempunyai  keinginan  yang  tinggi  untuk  berjumpa  dengan kekasihnya.  Kejujuran dan kesabaran  yang  ditunjukkan perlu  ada  dalam setiap perhubungan  supaya  perhubungan dapat berjalan dengan lancar  dan  dapat  mengelakkan berlakunya perkara  yang  tidak  diingini.  Sekiranya  nilai  ini diamalkan  oleh  pasangan  yang  bercinta  maka  dapat  mengelakkan  diri dari pada berlakunya  maksiat dalam  kalangan  muda-mudi seterusnya  dapat  menjalinkan  ikatan  yang  kukuh  dan  suci. Masyarakat  lama  sering  mengaitkan  kesucian dalam  sesuatu  perhubungan.  Oleh  itu,  masyarakat  yang  bercinta terutamanya  perlu  menanamkan  sikap  jujur dan sabar  dalam  melakukan  perhubungan  supaya  hubungan  yang  terjalin  dapat berterusan.
Rangkap  kedua  pula  mengetengahkan  ajaran  mengenai  kerinduan.  Perasaan  rindu  merupakan  satu anugerah Tuhan  yang  amat  berharga.  Rangkap ini coba  menerangkan  tentang  perasaan  rindu seorang  jejaka  terhadap  kekasihnya dan  keinginan untuk bertemu  dengan  kekasihnya adalah  sangat  tinggi.  Perasaan  rindu  ini  susah ditepis dan  sudah semestinya akan wujud  dalam  sesuatu  perhubungan  terutamanya  dalam  kalangan anak muda.  Ajaran  ini sudah  sebati  dalam kehidupan  masyarakat kini malah sudah terjadi sejak dahulu lagi kerana perasaan rindu sudah menjadi lumrah dan kebiasaan dalam kehidupan. Masyarakat kini perlulah mengetengahkan ajaran ini agar dapat membina sebuah perhubungan yang berkekalan hingga ke akhir hayat. Di samping itu, dapat melahirkan generasi yang berpengetahuan dan bersopan santun.
Seterusnya dalam rangkap ketiga pula mempamerkan mengenai ajaran tentang kesetiaan iaitu kepatuhan dan ketaatan seseorang dalam melakukan sesebuah perhubungan seperti dalam persahabatan, percintaan, dan sebagainya. Kesetiaan dalam perhubungan perlulah berpegang teguh kepada janji bagi memastikan perhubungan dapat berjalan dengan penuh keikhlasan. Rangkap ketiga cuba mempamerkan mengenai kesetiaan seorang jejaka menunggu kekasihnya tanpa mengira waktu.
Dalam  perhubungan  kesetiaan  perlu  wujud bagi  memupuk  nilai  kasih sayang antara  insan  justeru  itu  dapat  mendisplinkan serta  mematangkan seseorang  dalam  melakukan  perhubungan. Seandainya  ajaran  ini  tidak  diamalkan  nescaya sesebuah hubungan  itu  tidak  akan  dapat  bertahan  lama  malah  masyarakat  juga  akan  turut  berpecah belah  kerana  konsep kesetiaan dan ketaatan tidak dilaksanakan dalam perhubungan.
Keikhlasan pula terkandung dalam rangkap keempat. Keikhlasan ialah ketulusan dan kejujuran seseorang yang lahir dari hati yang tulus. Masyarakat lama percaya bahawa dalam perhubungan keikhlasan perlu ada supaya dapat membentuk perhubungan yang baik dan harmoni. Sekiranya keikhlasan tidak diamalkan maka keraguan akan wujud dan menyebabkan perhubungan itu menghadapi kesulitan. Ajaran ini juga turut terpapar dalam rangkap keempat iaitu si jejaka itu tidak memandang rupa semata-mata tetapi dia memandang kekasihnya itu dari sifat dalamannya.
Sifat yang baik menyebabkan seseorang itu berwatakan cantik. Kecantikan seseorang pula tidak seharusnya diukur dari paras rupa semata-mata namun perlulah dilihat dari sudut keikhlasan dan ketulusan seseorang itu ketika dalam berhubungan. Ajaran mengenai keikhlasan ini perlu dipraktikkan dalam diri masyarakat terutama bagi mereka yang sedang bercinta bagi memastikan perhubungan yang terjalin tidak sia-sia. Di samping itu, masyarakat juga dapat menilai diri dan keadaan dengan cara lebih mendalam lagi seandainya berpegang pada ajaran ini.
Rangkap terakhir pula mengutarakan ajaran mengenai keprihatinan iaitu masyarakat mestilah mempunyai sifat timbang rasa dalam perhubungan. Sifat ini hanya boleh dimiliki oleh mereka yang meletakkan dirinya di tempat orang yang hendak diambil perhatian. Ajaran ini sangat sesuai bagi mereka yang sedang bercinta. Di samping itu dapat menguntungkan seseorang dan mengukuhkan lagi perhubngan agar aman dan harmoni. Sikap keprihatinan ini ama jelas pada rangkap terakhir ketika si gadis tidak memandang lelaki lain selain daripada kekasihnya. Keprihatianannya ini wajar diikuti oleh masyarakat agar dapat mewujudkan satu perhubungan yang kukuh seterusnya dapat memupuk sikap keprihatinan terhadap keluaraga, kekasih mahupun masyarakat. Sekiranya sikap keprihatinan tidak diamalkan dalam perhubungan maka ianya tidak akan bertahan dengan lama kerana wujud sikap pentingkan diri sendiri. Oleh kerana itu, sikap ini sangat penting dalam perhubungan dan seharusnya dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Kesimpulannya, pantun ini menggambarkan identiti kehidupan masyarakat melayu. Pantun juga amat memainkan peranan dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat baik dari peringkat kanak-kanak mahupun dewasa. Pengaruh pantun merangkumi aspek daya fikir, beradat, berbahasa dan juga menggambarkan kehidupan masyarakat melayu.
Oleh itu, masyarakat kini perlu sedar itu mereka mesti mempertahankan pantun agar boleh bertahan hingga ke generasi akan datang dan tidak ditelan perubahan zaman.
contoh Pantunnya :

           PANTUN KASIH SAYANG

Menyatakan Kasih Sayang

1) Layang-layang terbang melayang,

    Jatuh ke laut disambar jerung,

    Siapa kata abang tak sayang,

    Jikalau bunga rasa nak gendong.


2) Ada satu anak gelanggang,

    Sehari-hari turun ke pantai,

    Jika sehari tak ku pandang,

    Sebagai bunga layu di tangkai.


3) Bunga melur di atas titi,

    Mari dibungkus di dalam kertas,

   Dalam telur lagi dinanti,

   Inikan pula sudah menetas.


4) Anak beruk di kayu rendang,

   Turun mandi di dalam paya,

   Hodoh buruk di mata orang,

   Cantik manis di mata saya.


5) Lama sudah tidak ke ladang,

    Padi sudah dililit kangkung,

    Selama tuan tidak kupandang,

    Putus hati pengarang jantung.

 
My Blog : Coretan Seorang Gadis Melayu | Coret Digital | HC Pakning
Copyright © 2011. Blog Meliana Meldi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger